Cara Menulis Konten Tentang Diri Sendiri yang Menarik

Menulis tentang diri sendiri sering kali terasa sulit. Ada yang takut terlihat pamer, ada juga yang bingung harus mulai dari mana. Padahal, di era digital, kemampuan menulis tentang diri sendiri sangat penting. Entah untuk profil LinkedIn, portofolio online, bio Instagram, atau bahkan artikel personal branding di blog pribadi, semua butuh narasi yang kuat.

Masalahnya, banyak orang hanya menuliskan informasi seadanya—sekadar nama, pekerjaan, dan hobi—tanpa membuatnya menarik bagi pembaca. Padahal, konten tentang diri sendiri bisa jadi senjata branding yang powerful kalau dikemas dengan tepat.

Lalu bagaimana caranya menulis tentang diri sendiri supaya enak dibaca, tidak kaku, dan tetap profesional? Yuk, kita bahas langkah-langkahnya!


Mengapa Penting Menulis Tentang Diri Sendiri?

Konten tentang diri sendiri bukan cuma formalitas. Ia bisa menjadi:

  • Cermin personal branding: Menunjukkan siapa kamu dan nilai apa yang kamu bawa.
  • Pintu peluang: Profil yang menarik bisa mengundang tawaran kerja, kolaborasi, atau proyek.
  • Sarana membangun koneksi: Orang lebih mudah merasa dekat kalau tahu cerita atau kepribadianmu.

Dengan kata lain, cara kamu menulis tentang dirimu bisa memengaruhi bagaimana orang lain memandangmu.


1. Mulai dengan Hook yang Menarik

Sama seperti artikel, menulis tentang diri sendiri juga butuh pembuka yang bisa bikin orang penasaran. Jangan langsung masuk dengan “Nama saya X, saya bekerja sebagai Y.” Itu terlalu kaku.

Contoh hook menarik:

“Saya percaya bahwa setiap bisnis kecil punya peluang besar kalau berani tampil di dunia digital.”
“Dari hobi ngulik desain di kamar kos, sekarang saya membantu brand membangun identitas visualnya.”

Pembuka seperti ini lebih manusiawi dan langsung memberi gambaran kepribadianmu.


2. Ceritakan Identitas dengan Narasi, Bukan Daftar

Banyak orang terjebak menulis profil layaknya CV: daftar pendidikan, pengalaman kerja, dan skill. Padahal, pembaca lebih suka membaca cerita daripada list.

Contoh narasi sederhana:

Alih-alih: “Lulusan Ekonomi, pengalaman 3 tahun di bidang marketing digital.”
Lebih menarik kalau ditulis: “Setelah lulus Ekonomi, saya menemukan passion di dunia digital marketing. Tiga tahun terakhir, saya fokus membantu UMKM mengembangkan bisnis lewat kampanye online.”

Narasi memberi nyawa pada data.


3. Tonjolkan Keunikan Diri

Setiap orang punya hal yang membedakan dirinya dari orang lain. Temukan angle unikmu dan masukkan dalam tulisan.

Pertanyaan untuk menemukan uniqueness:

  • Apa pengalaman hidup yang membentuk dirimu?
  • Nilai apa yang selalu kamu pegang?
  • Apa hal kecil yang orang lain selalu ingat darimu?

Misalnya, kalau kamu freelancer penulis, keunikanmu bisa berupa: “Saya percaya tulisan bukan hanya rangkaian kata, tapi alat untuk membangun kepercayaan.”


4. Seimbangkan Antara Profesional dan Personal

Konten tentang diri sendiri yang menarik biasanya punya sentuhan personal. Jangan hanya fokus pada prestasi, tapi juga tunjukkan sisi manusiawi.

Contoh:

Selain menyebutkan keahlianmu di bidang desain grafis, ceritakan juga bahwa kamu suka menggambar sejak kecil. Atau selain menulis tentang karier sebagai marketer, tambahkan cerita bahwa kamu suka membaca buku psikologi untuk memahami perilaku konsumen.

Sentuhan personal ini bikin tulisanmu lebih hangat dan relatable.


5. Gunakan Bahasa yang Ringan tapi Tetap Profesional

Bahasa adalah kunci. Hindari bahasa yang terlalu kaku atau penuh jargon. Gunakan gaya semi-formal: profesional tapi tetap cair.

Contoh perbandingan:
❌ “Saya merupakan individu yang memiliki integritas tinggi, loyalitas, dan etos kerja mumpuni.”
✅ “Saya tipe orang yang suka kerja tuntas, nggak mudah menyerah, dan selalu berusaha jaga kepercayaan.”

Versi kedua lebih natural dan mudah dipahami.


6. Tambahkan Bukti atau Pencapaian

Supaya lebih meyakinkan, sisipkan bukti yang mendukung klaimmu.

Contoh:

  • “Konten yang saya buat berhasil meningkatkan engagement brand hingga 50%.”
  • “Tulisan saya sudah dipublikasikan di 10+ media online.”

Bukti konkret membuat orang lebih percaya bahwa kamu memang punya kapasitas di bidangmu.


7. Akhiri dengan Call-to-Action

Kalau konten tentang dirimu ada di media sosial, portofolio, atau website, jangan lupa beri call-to-action (CTA). Ajak pembaca untuk melakukan sesuatu setelah mengenalmu.

Contoh CTA:

  • “Mari terkoneksi di LinkedIn untuk berbagi insight digital marketing.”
  • “Kalau butuh konten branding kreatif, jangan ragu hubungi saya.”
  • “Ikuti perjalanan saya berbagi tips produktivitas di Instagram @username.”

CTA membantu tulisanmu tidak berhenti hanya sebagai cerita, tapi juga menghasilkan interaksi.


Menulis tentang diri sendiri bukan soal pamer, tapi soal mengemas identitasmu dengan cara yang menarik, relevan, dan otentik. Gunakan narasi, tonjolkan keunikan, seimbangkan sisi profesional dengan personal, dan jangan lupa sertakan bukti nyata.

Dengan begitu, konten tentang dirimu akan lebih dari sekadar bio, tapi juga alat branding yang efektif. Ingat, orang suka dengan cerita—dan siapa lagi yang bisa menceritakan dirimu dengan baik selain dirimu sendiri?